Belajar merupakan aktivitas anak (manusia) yang sangat vital.
Dibandingkan dengan mahkuk lain, di dunia ini tidak ada mahluk hidup yang
sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi manusia
Sebahlknya tidak ada mahkuk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu
menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari
orang dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika
ia tidak diajar/ di didik oleh manusia lain, meskipun bayi yang baru dilahirkan
itu membawa beberapa naluri/ instink dan potensi-potensi yang diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya. Namun potensi-potensi bawaan tak dapat berkembang dengan
baik tanpa adanya pengaruh dan luar. Usia bukan hanya mahluk biologis seperti
halnya hewan, tetapi juga mahiuk social budaya. Karena itu manusia membutuhkan
kepandaian yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, dan semua ini hanya dapat
dicapai melalui belajar. Jelas bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan
seorang manusia.
Disamping
itu dapat dipahami bahwa anak (manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk
belajar, sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua sepanjang kehidupannya.
Karena itu manusia selalu dan senantiasa belajar kapanpun dan dimanapun.
Adapun belajar itu sendiri dapat didefinisikan antara lain:
1.
Hilgard mengatakan :Learning is the proses by
which an activity originates as changed through training procedures (whether in
the laboratory or in the natural environment). Belajar adalah proses yang
melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam
laboratorium atau dalam Iingkungan alamiah).
2.
Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang
relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman.
3.
James P. Chaplin, learning (hal belajar,
pengetahuan), yang berarti perolehan dari sembarang perubahan yang relative
permanent dalam tingkah laku sebagai hasil praktek atualisai pengalaman.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut, Sumadi Suryabrata
menyimpulkan:
a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam anti behavioral changed, aktual
maupun potensial.
b) Bahwa perubahan itu ada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Dikatakan belajar apabila membawa suatu perubahan pada
individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan,
melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
penghargaan, minat, penyesuaian diri. Pendeknya mengenai segala aspek organisme
atau pribadi seseorang. Karena itu seorang yang belajar ia tidak sama lagi
dengan saat sebelumnya, karena ia lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan
masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya bertambah
pengetahuannya, akan tetapi dapat pula menerapkanya secara fungsional dalam
situasi hidupnya.
Dalam hubungan dengan usaha pendidikan, maka belajar
adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu
pendidikan dan psikologis belajar.
Sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia sejak dari masa
kanak-kanak sampai masa tua, dikemukakan oleh Havinghurst yang dikutip oleh
Made Pidarta, yaitu:
1. Fase perkembangan masa kanak-kanak
2. Fase perkembangan masa anak
3. Fase perkembangan masa remaja
4. Fase perkembangan masa dewasa awal
5. Fase perkembangan masa setengah baya
6. Fase perkembangan masa tua
Untuk memenuhi tugas-tugas pada setiap fase tersebut,
dicapai melalui belajar. Berangkat dari fenomena ini muncullah konsep belajar
untuk memberikan layanan-layanan dan prioritas bagi mereka yang tidak lagi
belajar pada pendidikan diri dan turut berpartisipasi di dalam aktivitas
kehidupan di lingkungan masyarakat.
B. Konsep Belajar
Sepanjang Hayat
1. Pengertian Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selain
berarti rancangan, konsep juga bermakna ide atau pengertian yang di abtraksikan
dari peristiwa-peristiwa konkrit atau gambaran mental dan obyek proses ataupun
yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi memahami hal-hal lain.
Kata konsep dari bahasa inggris (concept), yang
berarti bagan, rencana, gagasan, pandangan, cita-cita (yang telah ada dalam
fikiran).
Sedangkan menurut Ibrahim Madkur, kata konsep (Inggnis concept)
dipadankan dengan istilah makna kulli (Arab), yang artinya pikiran (gagasan)
yang bersifat umum, yang dapat menenima generalisasi) Sedangkan dengan
makna-makna tersebut, maka konsep yang dimaksudkan dalam pengertian ini, ialah
sejumlah gagasan, ide-ide, pemikiran, pandangan ataupun teori-teori yang dalam
konteks ini dimaksudkan ialah ide-ide, gagasan, pemikiran tentang belajar
sepanjang hayat.
2. Belajar Sepanjang Hayat
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang
belajar terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian
sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh
karena setiap fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui
dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu
dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari
fase-fase perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada
keharusan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan memberi
kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap jenjang pendidikan
untuk:
1.
Menentukan arah pendidikan.
2.
Menentukan metode atau model belajar anak-anak
agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
3.
Menyiapkan materi pembelajaran yang tepat.
4.
Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan
tugas perkembangan itu.
Dalam hubungannya dengan
belajar sepanjang hayat, akan dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa dewasa
awal, masa setengah baya dan orang tua, untuk memberikan pengalaman belajar
yang sesuai dalam rangka belajar sepanjang hayat.
Tugas perkembangan tersebut adalah:
a. Tugas perkembangan masa dewasa awal: Memilih pasangan hidup,
bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social
yang tepat serta menarik.
b. Tugas perkembangan masa setengah baya: Bertanggung jawab social dan menjadi
warga Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan
tertentu, menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan pertambahan umur.
c. Tugas perkembangan orang tua: Menyesuaikan din dengan
menurunnya kekuatan fisik, kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan
keadaan sebagai janda, duda, memenuhi kewajiban sosial sebagai seorang warga
Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas perkembangan itu nampaknya disiapkan
untuk belajar sepanjang hayat, yang dapat dilihat dari adanya tugas
perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk masa tua. Tugas
perkembangan ini juga amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di rumah dalam
kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di
masyarakat, seperti kursus-kursus, perkumpulan sodial, agama, persatuan para
lanjut usia dan sebagainya.
Dengan demikian tugas perkembangan yang harus ditempuh
melalui belajar, tidak hanya dimulai dan masa kanak-kanak, tetapi berlanjut
sampai masa dewasa dan masa tua. Jelas bahwa belajar berlangsung secara
terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang kehidupan seseorang.Dalam
perspektif islam, belajar sepanjang hayat ini sebenarnya telah dicanangkan oleh
Nabi SAW ratusan tahun yang silam, dengan sabdanya:
“Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke hang lahat
(al-hadits)”.
Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang
hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kewajiban, sebagaimana
sabdanya pula:
“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas
setiap orang muslim (H.R.Abdi’I Barr)”.
Dengan memperhatikan
kedua hadits tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar sepanjang hayat
memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin. Sedangkan secara umum,
gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970,
ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun
Pendidikan Internasional (International Education Year).
Karena pada tahun itu dilontarkan berbagai isu
pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang pendidikan. Latar belakang
munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas terhadap pelaksanaan belajar
melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar jurang antara yang kaya dan
yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini dilontarkan oleh Paul Lengrand dalam
bukunya yang beijudul An Introduction to life Long Education.
Pengembangan pemikiran
Lengran tersebut merubah anggapan bahwa belajar atau pendidikan itu tidak hanya
berlangsung di dunia pendidikan sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah
sebenarnya secara individual, mereka terus belajar sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing dan dengan cara yang disenanginya.
Muncul dan berkembangnya
konsep belajar sepanjang hayat tersebut menunjukkan bahwa pengalaman belajar
tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan
lingkungannya.17 Belajar sepanjang hayat sebagai asas baru, kesadaran baru,
harapan baru, membawa implikasi kepada pentingya aktivitas individual mandiri guna
senantiasa memburu pengetahuan, pengalaman-pengalaman baru kapanpun dan
dimanapun.
Dari gagasan-gagasan baik melahui pendekatan keagamaan, maupun yang bersifat
umum, dapat dipahami bahwa hakekatnya belajar itu tiada hentinya, terutama bagi
orang dewasa dan orang tua agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman serta
penemuan-penemuan baru di bidang pengetahuan dan teknologi.
Pertanyaan ialah
bagaimana memberikan kesadaran kepada mereka tentang pentingnya belajar
sepanjang hayat ini. Untuk memecahkan persoalan ini, antara lain Arden N
Frandsen seperti dikutip oleh Sumadi Suryabrata, mengemukakan tentang hal yang
mendorong seseorang untuk belajar adalah:
1.
Adanya sifat ingin tahu menyelidiki dunia yang
lebih luas
2.
Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia
dan keinginan untuk selalu maju
3.
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan
yang lalu dengan usaha yang baru.18
Sedangkan Abraham
Maslow, sarjana dan ketua American Psychological Assosiation, mengemukakan
teori tentang kebutuhan yang mendorong seseorang untuk belajar, yaitu:
a. Pshical needs
b. Safety needs
c. Love needs
d. Esteem needs
e. Self actualization need&9
Teori kebutuhan Maslow tersebut meliputi kebutuhan:
Fisik, rasa aman, cinta, harga diri dan aktualisasi diri.
Berdasarkan teori ini, belajar sepanjang hayat khususnya bagi orang dewasa dan
orang tua akan menjadi efektif dalam arti menghasilkan perubahan tingkah laku
(perilaku), apabila isi dan cara belajarnya sesuai dengan kebutuhan yang
dirasakan.
Hal penting yang perlu diperhatikan ialah
bagaimana menyadarkan orang bahwa ia membutuhkan sesuatu seperti digambarkan
oleh Maslow dari kebutuhan terendah (fisik) sampai aktualisasi diri.
Kesadaran akan kebutuhan di atas diharapkan bisa
mendorong seseorang untuk belajar. Dorongan atau motivasi menurut J.P Chaplin
bermakna alasan yang diasadari, yang dibenikan individu bagi satu tingkah laku
Dari dimensi psikologis, belajar sepanjang hayat, terutama bagi
orang dewasa dan orang tua dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu.
Karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu
sendiri. Maka orang dewasa perlu dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang
lebih mutakhir, ketrampilan baru dan sikap yang lain.
2. Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi
dirinya dan melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3. Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat
individual. Setiap orang punya cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan
memecahkan masalah. Dengan kesempatan mengamati cara-cara yang dipakai orang
lain, Ia dapat memperbaiki dan menyempumakan caranya sendiri, agar menjadi
lebih efektif.
Memperhatikan situasi belajar bagi orang dewasa
tersebut, maka salah satu teori belajar klasik, yaitu teori psikologi belajar
naturalistic atau aktualisasi diri, teori ini berpangkal dari psikologi
naturalistic romantic yang dipelopori Rousseau. Menurut teori ini belajar itu
sebaiknya dilakukan secara wajar di alam bebas, bisa diterapkan pada pendidikan
luar sekolah, terutama untuk belajar seumur hidup.
3. Implementasi Konsep
Bertolak dari dimensi psikologis di atas,
implementasi konsep belajar sepanjang hayat ini bisanya tidak membutuhkan orang
lain sebagai pembimbing khusus. Mereka mencari sendiri bahan-bahan pelajaran
yang mereka butuhkan, mempelajari sendiri, dan mencoba menempatkannya. Jadi
bagi mereka dapat belajar di mana saja dan dengan cara apa saja di lingkungan
kediaman mereka. Pada hakekatnya mereka mengaktualisasi din sendiri sejalan
dengan teori belajar naturalis. Namun demikian belajar sepanjang hayat dapat
juga dilaksanakan secara kelompok dalam bentuk kursus-kursus, kelompok sosial
dan kelompok keagamaan.
Dari segi tujuan, belajar sepanjang hayat ini
pada mulanya bersifat individual, yakni untuk memperkaya kehidupan rohani atau
intelektual seseorang. Pada taraf perkembangan selanjutnya belajar sepanjang
hayat ini mulai mengembangkan tujuan-tujan yang bersifat sosial. Mulai disadari
bahwa kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat ini tidak hanya menguntungkan
perorangan-perorangan saja, melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat secara
keseluruhan. Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat selalu melibatkan diri
dalam kesibukan belajar setelah mereka memasuki berbagai lingkungan pekerjaan,
maka pada umumnya masyarakat semacam ini akan menjadi lebih dinamis, lebih
mudah menenima gagasan-gagasan pembaruan, dan lebih mudah pula memahami
interpendensi dan interaksi yang ada antara dirinya dengan
masyarakat-masyarakat lain. Suatu masyarakat dengan kegiatan belajar sepanjang
hayat yang intensif akan lebih mudah membangun dirinya pada masyarakat yang
tidak mengembangkan kebiasaan untuk belajar secara terus menerus.23
Di masyarakat pada umumnya kelompok yang amat
membutuhkan layanan belajar sepanjang hayat adalah remaja yang putus sekolah
dan orang dewasa atau orang tua yang ingin meningkatkan kehidupanya. Karena itu
di tinjau dan aspek signifakasi dan relevansi konsep belajar sepanjang hayat
dalam hubungannya dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang
ada dalam masyarakat.
Maka konsep ini merupakan wahana yang tepat dan
tangguh untuk memacu kehidupan masyarakat, kalau dengan salah satu cara dapat
diusahakan :
a. Bahwa sebagian besar remaja dan orang dewasa dan orang tua yang
aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar mendapatkan pelayanan belajar
yang memadai dan relevan dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai
anggota masyarakat.
b. Bahwa program-program belajar seperti ini benar-benar dikembangkan dan dilaksanakan
c. Bahwa masyarakat remaja, orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam
kehidupan kemasyarakatan
benar-benar terangsang untuk mengikuti program-program belajar sepanjang hayat
ini.
Belajar sepanjang hayat akan berrnanfaat apabila
mendapatkan respon positif dari individu atau warga masyarakat yang memiliki
kemauan dan kegemaran untuk belajar secara terus menerus, sesuai dengan
kebutuhan kebutuhan masing-masing individu warga belajamya. Dengan demikian
konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi di dalam masyarakat.
III. KESIMPULAN
1.
Konsep belajar sepanjang hayat adalah suatu idea
atau gagasan yang manyatakan bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu
yang berlangsung secara terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai
dengan tinjauan psikologis yang menjelaskan bahwa pada setiap fase
perkembangan, setiap individu perlu belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas
pada setiap fase perkembangan tersebut.
2.
Konsep belajar sepanjang hayat berusaha untuk
memberikan motivasi kepada mereka yang telah selesai mengikuti pendidikan
sekolah, agar tetap belajar dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupannya
dengan memanfaatkan teori kebutuhan dan psikologi belajar
3.
Konsep belajar sepanjang hayat memiliki
signifikasi serta relevansi terhadap kualitas kehidupan individu warga
belajarnya. Karena itu konsep belajar sepanjang hayat bila dihubungkan dengan
keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, maka konsep ini merupakan
wahana yang tepat untuk memacu usaha memajukan kehidupan umat.